MUSYAWARAH PERSIAPAN SANTUNAN YATIM PIATU

on Minggu, 02 Maret 2014
Ketua DKM Bpk. Alex Giyanto, Bpk. Waluyo Hasan Mustofa, Bpk. Ust.  Arsyad Kadir, Bpk. H. Aris sedang menyimak paparan dari ketua DKM.

Seperti bulan-bulan yang sudah lewat dan sudah menjadi tradisi pengurus sebelumnya, Masjid Bahrul Iman SMPN 21 Bekasi mempunyai agenda santuan yatim piatu setiap tiga bulan. Hal tersebut di maksudkan untuk menyalurkan niat para jamaah masjid untuk saling berbagi terutama dalam menyalurkan sumbangan mereka kepada anak-anak yatim.Bisanya dana di ambil dari kotak khusus yatim yang ada di masjid dan di tambah santunan dari warga sekitar dan para jamaah.

Seperti halnya bulan ini memang sudah waktunya memberikan santunan setelah terakhir di adakan pada akhir Desember 2013 tahun lalu. Dalam rangka acara tersebut Ketua DKM Bpk. Alex Giyanto mengundang para pengurus dan jamaah untuk terlibat dalam kegiatan tersebut.
Bpk. Ust. M. Yahya yang sedang menyimak dengan serius.

Rapat di buka oleh sekretaris 1 Bapak. Amirno dengan salam pembuka di lanjutkan dengan menyampaikan arahan ringkas yaitu penyampaian singkat tentang pembentukan DKM baru pada tanggal 02 Februari lalu, rencana pelaksanaan santuan per tiga bulan dan juga di singgung telah rampungnya renovasi masjid untuk pemasangan plafon. Namun penyusunan biaya yang telah terpakai sedang dalam penyusunan, demikian juga susunan pengurus DKM baru masih dalam tahap bongkar pasang untuk menempatkan masing-masing pengurus sesuai dengan keahliannya.

Selanjutnya pembahasan inti di lanjutkan oleh Bapak ketua DKM Bapak Alex Giyanto yang langsung di setujui oleh penasehat yaitu Bapak M. Rahmat, pengurus DKM dan jamaah yang hadir bahwa pelaksanaan santunan di setujui tanggal 09 Maret 2014. Saat itu juga di lakukan pembukaan kotak santunan yatim dan telah di hitung dengan hasil Rp. 1.475.000,-.

Bpk. Teguh Muadzin Masjid Bahrul Iman, Bpk. Ajie Riyanto Umbaran, Bpk Ust. M. Rahmat dan Bpk Nasution tak ketinggalan berfikir keras untuk pelaksanaan santunan nanti.

Informasi dari Bapak Aris selaku bendahara santunan masih ada saldo santunan sebelumnya sebesar Rp. 1.000.000,- sehingga total dana yang tersedia Rp. 2.475.000,-. Dari anggaran santunan sebesar Rp. 6.550.00,-  para pengurus serta jamaah akan berusaha agar anggaran tersebut bisa tercapai sesuai dengan dana yang di anggarkan.

Laporan lengkap hasil rapat dan Rincian kegiatan santunan akan di laporkan setelah acara santunan selesai. Bagi para jamaah yang ingin berpartisipasi dalam santunan tersebut kami persilahkan untuk menghubungi bendahara atau pengurus sebelum hari Sabtu, 08 Maret 2014.

Ikuti 4 Madzab, NU Sudah Biasa Berbeda Pendapat

Dalam persoalan fikih atau hukum Islam warga Nahdlatul Ulama (NU) tidak hanya mengikuti pendapat satu imam madzab, namun empat imam sekaligus, yakni Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hambali beserta para pengikutnya. Hal ini menyebabkan warga NU akan toleran dengan berbagai pemahaman keagamaan di kalangan umat Islam.

“Imam Syafi’i saja mempunyai qaul qadim dan qaul jadid (pendapat lama dan baru: Red). Jadi NU sudah biasa berbeda pendapat. NU tidak akan mengkafirkan kelompok lain yang berbeda,” kata Rais Syuriyah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Malang KH Chamzawi dalam Konferensi Cabang (Konfercab) ke-13 NU Kota Malang di UIN Malang, Sabtu (7/5) malam.

Kesiapan menerima perbedaan pendapat ini juga menyebabkan NU tak akan bersikap ekstrim (tatarruf) baik ekstrim kanan maupun ekstrim kiri. NU senantiasa memegang prinsip tawassuth atau berada di garis tengah. “NU tidak mengikuti bahkan menolak tatarruf,” tambahnya.

Namun, KH Hamzawi menegaskan, NU tidak mentolelir perbedaan pendapat yang menyangkut persoalan pokok agama, seperti persoalan ketuhanan dan kenabian.

“Kalau perbedaan pendapat yang terjadi bukan persoalan pokok atau hanya persoalan furu’ atau persoalan khilafiyah, maka NU mentolelir hal itu,” katanya dalam konferensi cabang yang dihadiri Rais Syuriyah PBNU KH Masduki Mahfudh, dan Ketua PBNU H Saifullah Yusuf serta diikuti perwakilan pengurus wakil cabang dan ranting NU se-Kota Malang.

Ditambahkan, NU juga sangat menghargai budaya lokal sepanjang tidak bertentangan dengan Al-Qur’an dan hadits. “Misalnya berbagai macam tradisi bancaan, atau selamatan yang berkembang di masyarakat itu tidak masalah menurut NU asal dengan niat sedekah,” katanya mencontohkan. (nam)

Sumber : http://nu.or.id/